Kamis, 15 Juli 2010

LP gagal jantung

GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
A. Pengertian
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
B. Etiologi dan Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
C. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
D. Penanganan
Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai memaksakan lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;
a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
d. Penurunan keluaran urine
e. Nadi perifer tidak teraba
f. Kulit dingin kusam
g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan /kriteria evaluasi :
Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
b. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g. Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
e. Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan :
a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
a. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.


DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208

Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.

instrumen B

INSTRUMEN B


Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan
Di Ruang Mentari RS. Mandiri 24 Desember 2008

No Jenis Pendidikan Jumlah % Jenis Pekerjaan Jumlah %
1 SD 3 23,07 PNS 2 15,38
2 SLTP 4 30,76 ABRI/POLRI 2 15,38
3 SLTA 4 30,76 Swasta 6 46,15
4 Perguruan Tinggi 2 15,38 Lain-lain 3 23,07
Total 13 100 13 100
Prosentase (%) 100 100


Data Hari Perawatan Pasien
Di Ruang Mentari RS. Mandiri 24 Desember 2008

No Lamanya dirawat (hari) Jumlah Prosentase (%)
1. 3 – 7 hari 8 61,54
2. > 7 hari 5 38,46
Total 13 100




Persepsi pasien terhadap Mutu Asuhan Keperawatan
Di Ruang Mentari RS Mandiri 24 Desember 2008

No. Kriteria Ya Tidak TS
N % N % N %
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 9 69% 4 31%
2 Apakah perawat melarang anda/ pengunjung merokok di ruangan 10 76% 3 24%
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaiman nafsu makan Anda/Keluarga 10 76% 3 24%
4 Apakah Perawat menyakan pantangan dalam hal makanan Anda/Keluarga 9 69% 4 31%
5 Apakah perawat menayakan / memperhatikan berapa jumlah makanan dan minuman yang biasa Anda&keluarga anda habiskan 8 62% 5 38%
6 Apabila anda/keluarga tidak mampu makan sendiri apakah perawat membantu menyuapinya 7 54% 6 46%
7 Pada saat Anda/keluarga anda dipasang infus, apakah perawat selalu mmeriksacairan atau infusnya dsan area sepanjang pemasangannya 5 38% 4 31% 4 31%
8 Apabila Anda/Keluarga Anda mengalami kesulitan buang air besar apakah perawat menganjurkan makan buah-buahan, sayuran, minum yang cukup, banyak bergerak 8 62% 3 24% 2 14%
9 Pada saat perawat membantu Anda/Keluarga Anda membuang air besar-buang air kecil, apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu jendela, mempersilahkan pengunjung keluar ruangan 10 76% 0 0 3 24%
10 Apakah ruangan tidur Anda/Keluarga Anda selalu dijaga kebersihannya dengan disapu dan dipel setiap hari 11 86% 2 14%
11 Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak licin, tidak berbau dan cukup terang 10 76% 3 24%
12 Selama Anda/keluarga anda belum mandi (dalam keadaan istirahat total) 10 76% 3 24%
13 Apakah Anda/keluarga Anda dibantu jika tidak mampu menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut 10 76% 3 24%
14 Apakah alat-alat tenun seperti sprei, selimut ddll, diganti setiap kotor 9 69% 4 31%
15 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: kurang gerak, berbaring terlalu lama 9 69% 4 31%
16 Pada saat Anda/Keluarga anda masuk rumah sakit apakah perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaanya, peraturan, tata tertib yang berlaku di rumah sakit 10 76% 3 24%
17 Selama Anda/Keluarga Anda dalam Perawatan apakah perawat memanggil nama dengan benar 11 86% 2 14%
18 Selama Anda/Kluerga anda dalam perawatan apakah perawat mengawasi keadaan anda secara teratur pada pagi, sore maupun pada malam hari 11 86% 2 14%
19 Selama Anda/Keluarga Anda dalam perawat segera memberi bantuan bila diperlukan 10 76% 3 24%
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 10 76% 3 24%
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas 8 62% 5 38%
22 Apakah perawat selalu memberi penjelasan sebelum memberikan tindakan perawatan/pengobatan 9 69% 4 31%
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan anda/keluarga 9 69% 4 31%
24 Dalam hal memberikan obat pasien perawat membantu menyiapkan/ meminum obat 10 76% 3 24%
25 Selama pasien dirawat apakah diberikan penjelasan tentang perawatan/ pengobatan pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan pulang 9
69% 4 31%
Jumlah 232 84 9
Nilai = Ya x 100 %
Ya + Tidak
232/325 72% 84/ 325 26%


Kesan & Saran :
- Perawat ramah-ramah
- Perawat cekatan
- Perawatnya cantik-cantik
- Perawat mudah untuk memberikan bantuan
- Dokter dan perawatnya sangat dekat dengan pasien
- Puas dengan perawatan
- Dokter tidak pakai jas dokter
- Kamar mandi kadang-kadang tidak bersih
- Tempat parkir kurang nyaman
- Jam kunjung dokter tidak tepat waktu
- Ruang vip kurang banyak, pesan harus antri 4 hari
- Satpamnya galak-galak
- Cleaning service cekatan dan bersih
- Pramusaji kurang ramah
- Santunan rohaninya kurang
- Jam besuk tidak ditepati, mau istirahat tidak bisa
- Tamannya kurang, jadi kelihatan gersang
- Kamar mandinya kurang banyak
- Ada 1 perawat yang judes
- Makanannya tidak ada rasanya
- Ruang tunggu kurang nyaman
- Satpam tidak teliti, ada yang kehilangan barang
- Mau parkir susah, kurang luas
- Customer service ramah

SAP Pneumonia

SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)

I. IDENTIFIKASI MASALAH
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagaian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh bakteri,yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophillusbinfluenzae. Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah atau pneumonia masih merupakan problema klinik bagi Negara tropik / sub tropik dan Negara berkembang maupun Negara yang sudah maju. Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progesif dengan mortalitas tinggi. Bayi di bawah 2 bulan harus dirawat karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan kematian sering terjadi.

II. PENGANTAR
Bidang studi : Ilmu Kesehatan Anak
Topik : Pulmologi anak
Sub topik : Pneumonia
Sasaran : Ibu – ibu yang mempunyai anak balita
Hari/tanggal : Selasa, 30 Desember 2008
Jam : 10.00 WIB – 11.00 WIB
Waktu : 25 menit
Tempat : Rumah Ibu Kader Posyandu

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat menginformasikan mengenai pneumonia, tanda dan gejala, komplikasi, penanganan penderita Pneumonia dan pencegahan Pneumonia.



IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali:
1. Pengertian Pneumonia
2. Penyebab, tanda dan gejala
3. Komplikasi Pneumonia
4. Penanganan dan pencegahan.

V. MATERI
Terlampir

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

VII. MEDIA
Materi SAP

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan :
a. Memberi salam
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Menyebutkan materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan
a. Menjawab salam
b. Mendengarkan dan memperhatikan
2 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi peyuluhan secara berurutan dan teratur. Materi :
a. Pengertian Pneumonia
b. Penyebab, tanda dan gejala
c. Komplikasi Pneumonia
d. Penanganan dan pencegahan.
Menyimak dan memperhatikan
3 5 menit Evaluasi :
a. Meminta peserta untuk menjelaskan atau menyebutkan kembali:
1. Pengertian Pneumonia
2. Penyebab, tanda dan gejala
3. Komplikasi Pneumonia
4. Penanganan dan pencegahan.

b. Memberikan pujian atas keberhasilan ibu menjelaskan pertanyaan dan memperbaiki kesalahan serta menyimpulkan.
Bertanya dan menjawab pertanyaan
memberikan pujian atas keberhasilan ibu menjelaskan pertanyaan dan memperbaiki kesalahan
4 2 menit Penutup :
Mengucapkan terimakasih dan mengucapkan salam.
Menjawab salam

IX. PENGESAHAN

Yogyakarta, Desember 2008

Pembimbing praktek Promosi Kesehatan Pemberi materi










X. EVALUASI
Tanya jawab
Dilakukan secara lisan dengan memberi beberapa pertanyaan di akhir pengajaran.
a. Apakah Pneumonia itu ?
b. Tanda dan gejala Pneumonia apa saja ?
c. Tanda dan gejala bukan penyakit malaria ?
d. Penanganan klien bagaimana caranya ?
e. Pencegahan Pneumonia bagaimana ?

XI. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Pneumonia :
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstisialis, dan bronkopneumonia.
2. Penyebab Pneumonia :
Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri, yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophillus influenza. Pada bayi dan anak kecil ditemukan Staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat dan sangat progesif dengan mortalitas tinggi.
3. Tanda dan Gejala Pneumonia
Gejala umum dari saluran pernafasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak nafas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Tanda pneumonia berupa retraksi ( penarikan doinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi napas ),perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.


4. Komplikasi :
a. Abses kulit
b. Abses jaringan lunak
c. Otitis media
d. Sinusitis
e. Meningitis purulenta
f. Perikarditis
g. Epiglotis kadang ditemukan pada infeksi Haemophillus influenza tipe B
5. Penanganan dan Pencegahan ;
a. Oksigen 1 – 2 L/menit
b. IVFD dektrose 10% :NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimujlai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan:
Untuk kasus pneumonia community base:
 Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
 Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base:
 Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
 Amikasin 10 – 15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
6. Kapan Harus ke Rumah Sakit ???
Bila timbul salah satu atau lebih gejala dan tanda berikut di bawah ini, maka Klien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat :
a. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa: batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hiodung, sesak napas, air hunger, merintih,dan sianosis.
b. Tanda berupa: retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.


XII. DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif; Suprohaita; Wahyu Ika Wardani; Wiwiek Setiowulan; Kapita Selekta Kedokteran;Penerbit Media Aesculapius FKUI; 2000; Jakarta.

Terapi AktivitasKelompok

Therapi aktivitas kelompok : orientasi realita
1. Pengertian :
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dengan tehnik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon social dan harga diri.
TAK orientasi realita adalah terapi yang menggunakan aktivitas memperkenalkan berbagai orientasi yang meliputi orang, waktu, atau hal-hal terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi dalam kelompok dapat berupa kesepakatan orientasi realita atau altternatif dari penyelesaian masalah.
2. Tujuan :
a. Klien mampu mengenal nama – nama perawat
b. Klien mampu mengenal nama – nama klien lain.
3. Setting
a. Terapist dan klien duduk bersama dalam lingkaran atau setengah lingkaran
b. Ruangan yang nyaman dan tenang

4. Alat
a. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
b. Spidol
c. Bola tenis atau alat lain penggantinya
d. Tape recorder
e. Kaset lagu

5. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab

6. Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Membuat kontrak dengan klien sesuai indikasi
2) Menyiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapist
b) Perkenalan nama dan panggilan terapis ( pakai name tag bila perlu)
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri name tag bila perlu)
2) Evaluasi/ Validasi
a) Menanyakan kklien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
3) Kontrak
a) Terapist menjelaskan tujuan umum kegiatan, yaitu mendengarkan musik
b) Terapist menjelaskan aturan main sebagai berikut :
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada terapist
• Lama kegiatan 45 menit
• Setiap klien diharapkan mengikuti kegiatan sampai akhir
4) Tahap kerja
a) Terapist membagikan papan nama untuk masing – masing klien
b) Terapist meminta masing – masing klien menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal.
c) Terapist meminta masing – masing klien menuliskan nama panggilan dipapan nama yang dibagikan
d) Terapist meminta masing - masing klien memperkenalkan diri secara berurutan meliputi nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
e) Terapist menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu klien ke klien lain, saat musik dihentikan, klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap nama panggilan, asal dan hobi.
f) Terapist memutar tape recorder dan menghentikan. Saat musik berhenti klien yang memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi.
g) Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran.
h) Terapist memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan perasaannya dan mengajak klien lain bertepuk tangan.
5) Tahap Terminasi
a) Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
• Memberikan sanjungan dan penghargaan terhadap perilaku klien yang positip
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk menyapa orang lain sesuai dengan nama panggilan.
c) Kontrak yang akan datang
Menyepakati topik, waktu, tempat TAK yang akan datang
d) Evaluasi dan dokumentasi
• Format evaluasi
No Aspek yang dinilai Nama klien


1 Menyebutkan nama klien lain
2 Menyebutkan nama panggilan klien lain
3 Menyebutkan asal klien lain
4 Menyebutkan hobi klien lain